[Book Review] Ice Revolution by Tsutumi Aya and Yohei Takemura

Vol. 1 
Title: Ice Revolution (I-Revo) Vol. 1, 2, and 3
Author: Tsutumi Aya
Artist: Yohei Takemura
Released: 2008, Jump Comics

Sinopsis:

Masaki Osawa adalah anak perempuan yang tinggal bersama keluarganya yang terdiri dari ayah, kakak laki-laki, dan adik laki-laki. Ibunya sudah meninggal dunia. Ayah Masaki memiliki dojo karate di rumahnya dan mengajar karate di dojo tersebut. Sejak kecil, Masaki dan saudara-saudaranya dilatih karate oleh ayahnya. Di antara mereka bertiga, Masaki-lah yang paling kuat. Ia bahkan menjuarai kompetisi karate national di nomor putra! Masaki sering dianggap anak laki-laki, karena tingkahnya yang tomboy dan tak pernah memakai rok, potongan rambutnya yang pendek dan kemampuan atletiknya yang seringkali mengalahkan anak laki-laki.

Ketika pertama kali masuk esempe, ia masuk dengan seragam olahraga, lengkap dengan jersey dan training karena gurunya tak tahu bahwa ia perempuan, sehingga ia diberi seragam murid laki-laki. Setelah itu, ia diberi seragam murid perempuan, lengkap dengan rok dan pitanya. Tapi ketika dalam perjalanan ke sekolah, ia hampir terserempet truk kalau tidak diselamatkan oleh seorang anak laki-laki. Masaki terpana karena tahu ia diselamatkan, dibantu berdiri pula, karena sebelumnya tak pernah ada yang memperlakukannya begitu. Mungkin karena hari itu ia memakai rok? Sayangnya, ketika diselamatkan ia jatuh ke dalam genangan air, sehingga seragamnya basah dan ia harus memakai jersey dan training.

Vol. 2 
Masaki penasaran dengan anak laki-laki yang menyelamatkannya, dan bisa dibilang ini pertama kalinya Masaki naksir cowok. Ia melihat anak itu membawa semacam sepatu. Ia ingat salah satu teman sekolahnya pernah membawa sepatu yang sama. Ia mengikuti anak itu masuk ke dalam rink. Masaki bertemu dengan seseorang yang ternyata adalah pelatih ice-skating. Si pelatih melihat kemampuan atletik dan stamina Masaki ketika mengejar Saaya, anak yang dibuntutinya dan menawarinya kesempatan untuk mencoba ice-skating.

“Kau berada dalam dunia yang berbeda ketika berada di atas es.”

Ketika mencoba ice-skating, ia melihat anak laki-laki yang pernah menolongnya. Sejak saat itu ia mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Ia ingin beraksi di atas es, agar ia bisa dilihat sebagai perempuan!


What I think about this book:

Kocak! Awalnya agak klise, tapi penceritaan dan penggambarannya dalam dialog yang memang sengaja dibuat berlebihan malah bikin lucu. Cerita awalnya biasa, anak perempuan yang karena sejak kecil dilatih karate jadi tomboy, padahal ia pengennya jadi cewek cute. Ketika tiba-tiba bertemu anak laki-laki tak dikenal yang menolongnya, terjadilah crush at the first sight. Cowok itu ternyata atlet ice-skating, dan karena ingin dilihat sebagai cewek, Masaki berupaya agar ia dapat berlatih ice-skating juga.

Vol. 3 
Tapi keluarganya jadi tantangan. Apa mungkin ayahnya rela kehilangan sang juara kompetisi karate tahun lalu? Cerita biasa. Tapi ada adegan mengharukan juga di akhir volume 1 yang bikin penasaran ke volume selanjutnya. Ternyata di volume selanjutnya, permasalahannya tidak segampang mengejar cowok aja. Ia juga mulai mendapat teman/rival ketika berlatih ice-skating. Agar dapat dianggap di perkancahan ice-skating yang mana merupakan hal baru bagi Masaki, ia harus mengikuti perlombaan. Banyak tantangan lagi, seperti musuh-musuhnya, dan musuh kawan/rivalnya yang masih membawa dendam. Sportivitas banyak diusung di volume 2.

Di volume terakhir, perjuangan Masaki masih berlum berakhir. Si cowok yang dikejarnya ternyata harus berlatih sampai ke luar negeri. Nah, Masaki mau apa coba? Dikejar malah makin jauh. Hahahaa…

Poin plus dari cerita ini sisi kelucuan. Segi cerita sebetulnya biasa, tapi tema tentang ice-skating yang diangkat termasuk istilah-istilah yang dipakai dalam olahraga ini dijelaskan dengan baik sehingga dapat memperkenalkan asyiknya olahraga ini. Sisi emosional tokoh juga diangkat, termasuk masalah kompetisi, sportivitas, bahkan pertemanan dan jealousy. Tadinya dianggap musuh, kemudian jadi teman. Tadinya biasanya aja, tapi melihat orang lain lebih baik, jadi iri. Masaki juga jadi berkembang jaringan pertemanannya. Tapi akhirnya, motif Masaki mempelajari ice-skating untuk mengejar cowok pun jadi terlupakan, dan cuma jadi pemanis aja. Walaupun begitu, Masaki dapat meraih impiannya di atas es, yaitu dianggap sebagai cewek!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar